Pengolahanlimbah organik memerlukan pengetahuan yang memadai, agar dalam pemanfaatannya tidak menghasilkan limbah baru yang justru semakin menambah permasalahan dalam kehidupan. Paling tidak limbah hasil daur ulang ini dapat dikelola dengan efisien dan efektif agar sampah yang dihasilkan dari proses pemanfaatan ini dapat diminimalisir
Produkalami belum tentu bebas dari zat kimia berbahaya, dan produk sintetis tidak selalu lebih buruk bagi kita. Kadang-kadang mencari tahu produk mana yang alami dan mana yang sintesis dapat
3"Proses daur ulang sampah plastik tidak melalui sterilisasi. 4."Pembuatan plastic menggunakan bahan pelembut, salah satunya bernama DEHA yang dapat menyebabkan cacat pada janin. 5. "Plastik yang dibakar mengeluarkan asap toksik yang bila dihirup dapat mengakibatkan gangguan kesuburan. 6.
Biomassaatau bahan organik adalah produk fotosintesis. Sumber energi biomassa terdiri dari tumbuhan dan material yang dihasilkan dari pengolahan tumbuhan tersebut oleh manusia maupun hewan. Sampah organik merupakan sumber energi alternatif yang cukup murah dan menghasilkan energi yang cukup besar. Pengolahan sampah organik adalah metoda untuk mengolah sampah organik (biomassa) agar
Sampahorganik yang dimaksud adalah kulit jagung, kulit tauge, daun pisang, sisa sayur-sayuran dan sebagainya ternyata cukup melimpah setiap hari. Sebelum diberikan kepada hewan ternak, sampah organik harus dibersihkan terlebih dahulu. Tujuannya agar sampah yang diberikan bisa terbebas dari mikroorganisme yang merugikan.
zLAj. Pengelolaan sampah rumah tangga yang baik dan benar semakin ramai dibicarakan. Hal ini sangatlah wajar sebab menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sampah rumah tangga merupakan kontributor terbesar pada total produksi sampah di Indonesia pada tahun 2020, sehingga perlu diadakan pengelolaan sampah di kalangan masyarakat itu sendiri. Tapi, bagaimana cara melakukannya, ya? Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memahami jenis sampah yang dihasilkan, entah itu organik maupun anorganik. Setelah memahaminya, barulah kita dapat menerapkan cara pengolahan sampah organik dan anorganik yang tepat. Simak penjelasan berikut ini untuk mengenal jenis-jenis sampah tersebut serta bagaimana Anda dapat mengolahnya di rumah! Secara garis besar, perbedaan antara sampah organik dan anorganik terletak pada bagaimana sampah tersebut terurai. Untuk sampah organik, proses penguraian terjadi secara alamiah dan biologis, sedangkan sampah anorganik hanya bisa diurai dengan cara-cara tertentu, seperti didaur ulang. Adapun yang termasuk sampah organik, antara lain sampah sisa makanan dan beberapa contoh sampah anorganik adalah kertas, kaleng, dan juga plastik. Idealnya, kedua jenis sampah ini harus dipisahkan agar cara pengolahan sampah organik dan anorganik yang Anda lakukan nantinya jadi lebih mudah untuk dikelola. Cara Pengolahan Sampah Organik Sisa makanan yang Anda konsumsi tidak harus terbuang secara sia-sia. Pasalnya, sampah organik bisa diproses secara sederhana dan memberikan berbagai macam manfaat. Ketika memilah sampah organik, perhatikan sisa sayuran atau buah-buahan yang bisa ditanam kembali regrow. Beberapa jenis sayuran yang bisa Anda tanam kembali, antara lain seledri, kangkung, dan juga buah jeruk. Namun, jika sampah tidak dalam keadaan yang memungkinkan proses regrow dijalani, Anda tetap dapat mengubahnya menjadi pupuk kompos yang bisa dimanfaatkan tanaman yang lainnya. Cara Pengolahan Sampah Anorganik Cara pengolahan sampah organik dan anorganik pada dasarnya mengharuskan kita untuk menguasai teknik memilah sampah secara baik. Namun, untuk pengolahan sampah anorganik, cara ini semakin penting lagi karena setiap jenis sampah anorganik bisa melalui teknik pengelolaan sampah yang berbeda-beda lagi. Pilah Sampah Pertama, kumpulkan sampah anorganik pada satu tempat sampah khusus. Kemudian, pisahkan sampah anorganik, entah itu terpisah sesuai jenisnya atau kondisi barangnya. Terakhir, bersihkan sampah anorganik agar layak untuk melewati proses pengolahan sampah selanjutnya. Lakukan 3R Pastikan Anda mengurangi penggunaan sampah dengan mengurangi barang belanjaan dan hanya beli dengan jumlah yang cukup reduce. Berikutnya, jika kondisi barang tersebut masih layak, Anda dapat menggunakan kembali barang tersebut reuse atau mendonasikannya. Namun, bila tidak bisa dipakai lagi, jangan ragu untuk mendaur ulang recycle sampah, seperti membuat tas dari kemasan plastik atau tempat pensil dari kaleng sisa makanan. Dengan begitu, barang daur ulang bisa Anda gunakan lagi atau bahkan bisa dijual kembali. Upaya Nestlé untuk Jadi Bagian dari Solusi Penanganan Sampah di Indonesia Upaya yang Nestlé lakukan untuk mendukung terciptanya pengelolaan sampah yang lebih baik di Indonesia. Salah satu contoh kegiatan yang merupakan kolaborasi adalah Nestlé bergabung dalam kemitraan Project STOP untuk turut membantu menjaga kebersihan perairan Indonesia. Project STOP merupakan gerakan kolaborasi yang fokus pada pengelolaan sampah di daratan agar tidak mencemari lautan. Bersama dengan Project STOP, selama tiga tahun, Nestlé akan melakukan pengembangan sistem pengelolaan sampah termasuk di dalamnya pembangunan fasilitas pengelolaan. Adapun wilayah yang menjadi target dari program ini, yakni 26 desa yang tersebar di wilayah Kecamatan Lekok dan Kecamatan Nguling di Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Berkolaborasi dengan LSM Sahabat Lingkungan dan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang dalam menciptakan sistem pengelolaan sampah di 10 lokasi Tempat Pengolahan Sampah. Melalui kemitraan ini diharapkan dapat mengurangi pencemaran sampah ke lingkungan, mengurangi penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir, dan mengoptimalkan pengumpulan sampah rumah tangga yang masih dapat didaur ulang. Fasilitas ini juga mengolah sampah organik sisa makanan rumah tangga menjadi pupuk kompos dan digunakan kembali sebagai pupuk untuk kegiatan penanaman sayur keluarga. Tidak berhenti sampai disitu, Nestlé Indonesia juga secara aktif terlibat dalam aliansi PRAISE Packaging and Recycling Alliance for Indonesia, bersama dengan lima anggota lainnya yang bergerak di bidang usaha makanan dan minuman. Bersama dengan PRAISE, Nestlé Indonesia turut mengadakan berbagai aktivitas guna membantu meningkatkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya mengelola sampah dengan baik dan berupaya untuk meningkatkan angka daur ulang kemasan pasca konsumsi, misalnya lewat seminar dan juga program bersih-bersih lingkungan bersama. Selain itu, Nestlé bermitra dengan Hivos dan Yayasan Rumah Energi melaksanakan program Olah Limbah Jadi Berkah yaitu pembangunan kubah biogas yang bisa dimanfaatkan oleh para peternak sapi di wilayah Jawa Timur. Sejak dimulai pada tahun 2010 lalu, kolaborasi ini berhasil membangun lebih dari kubah biogas untuk mengolah limbah kotoran sapi perah. Kubah biogas dapat mengolah gas metana yang terkandung di dalam kotoran menjadi gas untuk memasak, sehingga mengurangi penggunaan kayu bakar dan pembelian gas LNG. Selain itu, dengan pengolahan ini juga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca greenhouse gas atau GHG sebanyak 2,6 MT karbondioksida setiap tahunnya. Itulah tadi ulasan seputar cara pengolahan sampah organik dan anorganik. Kesimpulannya, sampah memiliki beragam jenis. Namun, mengetahui apakah sampah tersebut organik atau anorganik merupakan langkah pertama yang bisa dilakukan untuk mengetahui cara yang tepat untuk mengolahnya, baik itu daur ulang atau menjadikannya pupuk kompos. Semoga informasi tadi bermanfaat dan menginspirasi untuk terlibat dalam pengolahan sampah secara tepat demi mendukung keberlanjutan bumi kita!
ABSTRAK Pandemi covid-19 berdampak pada krisis ekonomi dan pemenuhan pangan keluarga. Dilain pihak, selama pandemi produksi sampah dapur di Indonesia meningkat 36 persen. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan penyuluhan dan pelatihan dalam mengintegrasikan hasil pengolahan sampah organik dengan program pekarangan pangan lestari bagi warga Kecamatan Mergangsan Yogyakarta. Kegiatan ditujukan kepada 15 orang pengurus Pimpinan Cabang 'Aisyiyah Mergangsan sebagai pengurus bank sampah dan didukung oleh tiga mahasiswa dari Biologi dan Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan. Kegiatan terdiri dari sosialisasi pekarangan pangan lestari 17 Juli 2021, pelatihan pengolahan sampah organik dengan ember tumpuk dan larva black soldier fly, pembuatan pupuk cair organik lindi, maggot kering, dan budikdamber 25 Juli 2021, penandatanganan MoU 7 Agustus 2021, serta monev 26 September 2021. Setiap melakukan penyuluhan dan pelatihan, peserta diberikan kuesioner untuk menganalisis peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pasca kegiatan seluruh peserta mengalami peningkatan pengetahuan dan keterampilan khususnya dalam mengolah sampah organik dan pembuatan pupuk cair organik lindi dan budidaya tanaman pekarangan. Kendala selama kegiatan diantaranya beberapa peserta tidak memiliki hewan ternak sehingga belum optimal dalam memanfaatkan larva BSF sebagai pakan ternak. Kegiatan ini dapat menjadi strategi dalam memperkuat ketahanan pangan warga Mergangsan Yogyakarta di masa pandemi covid-19. Kata kunci ember tumpuk, larva bsf, lindi, pupuk, sampah organik ABSTRACT The COVID-19 pandemic has had an impact on the economic crisis and the fulfillment of the food in family. During the pandemic, the production of organic waste in Indonesia increased by 36 percent. The purpose of this community service is to provide counseling and training in integrating the results of organic waste processing with the Pekarangan Pangan Lestari program for residents of Mergangsan District, Yogyakarta. The activity was aimed at 15 Pimpinan Cabang Aisyiyah Mergangsan as waste bank administrators and supported by three Figures - uploaded by Inggita UtamiAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Inggita UtamiContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Produk olahan sampah Inggita Utami 1065 Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; e-ISSN 2686-2964 Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan 23 Oktober 2021, Hal. 1065-1072 e-ISSN 2686-2964 Produk olahan sampah organik warga Mergangsan Yogyakarta untuk mendukung pekarangan pangan lestari di masa pandemi covid-19 Inggita Utami1*, Ichsan Luqmana Indra Putra1, Farid Ma’ruf2, Mei Satfah Dewi Alfika1, Feny Pramadita1, Rizki Amanda2 1 Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Terapan Universitas Ahmad Dahlan Ringroad Selatan, Bantul Yogyakata, Indonesia 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan Ringroad Selatan, Bantul Yogyakata, Indonesia Email inggitautami ABSTRAK Pandemi covid-19 berdampak pada krisis ekonomi dan pemenuhan pangan keluarga. Dilain pihak, selama pandemi produksi sampah dapur di Indonesia meningkat 36 persen. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan penyuluhan dan pelatihan dalam mengintegrasikan hasil pengolahan sampah organik dengan program pekarangan pangan lestari bagi warga Kecamatan Mergangsan Yogyakarta. Kegiatan ditujukan kepada 15 orang pengurus Pimpinan Cabang Aisyiyah Mergangsan sebagai pengurus bank sampah dan didukung oleh tiga mahasiswa dari Biologi dan Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan. Kegiatan terdiri dari sosialisasi pekarangan pangan lestari 17 Juli 2021, pelatihan pengolahan sampah organik dengan ember tumpuk dan larva black soldier fly, pembuatan pupuk cair organik lindi, maggot kering, dan budikdamber 25 Juli 2021, penandatanganan MoU 7 Agustus 2021, serta monev 26 September 2021. Setiap melakukan penyuluhan dan pelatihan, peserta diberikan kuesioner untuk menganalisis peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pasca kegiatan seluruh peserta mengalami peningkatan pengetahuan dan keterampilan khususnya dalam mengolah sampah organik dan pembuatan pupuk cair organik lindi dan budidaya tanaman pekarangan. Kendala selama kegiatan diantaranya beberapa peserta tidak memiliki hewan ternak sehingga belum optimal dalam memanfaatkan larva BSF sebagai pakan ternak. Kegiatan ini dapat menjadi strategi dalam memperkuat ketahanan pangan warga Mergangsan Yogyakarta di masa pandemi covid-19. Kata kunci ember tumpuk, larva bsf, lindi, pupuk, sampah organik ABSTRACT The COVID-19 pandemic has had an impact on the economic crisis and the fulfillment of the food in family. During the pandemic, the production of organic waste in Indonesia increased by 36 percent. The purpose of this community service is to provide counseling and training in integrating the results of organic waste processing with the Pekarangan Pangan Lestari program for residents of Mergangsan District, Yogyakarta. The activity was aimed at 15 Pimpinan Cabang Aisyiyah Mergangsan as waste bank administrators and supported by three Produk olahan sampah Inggita Utami 1066 Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; e-ISSN 2686-2964 students from Biology and Industrial Engineering, Universitas Ahmad Dahlan. The activities consisted of socializing pekarangan pangan lestari 12 June 2021, training on organic waste processing with stacked buckets and black soldier fly larvae, making organic liquid fertilizer leachate, dry maggot, and budikdamber 19 June 2021, signing the MoU 27 July 2021 , as well as monitoring and evaluation 22 September 2021. Each time they conduct counseling and training, participants are given a questionnaire to analyze the increase in participants' knowledge and skills. The results of data analysis showed that after the activity all participants experienced an increase in knowledge and skills, especially in processing organic waste and making organic leachate liquid fertilizer and cultivating garden plants. Obstacles during the activity included some participants not having livestock so that they were not optimal in utilizing BSF larvae as animal feed. This activity can be a strategy in strengthening food security for the residents of Mergangsan Yogyakarta during the COVID-19 pandemic. Keywords stacked buckets, bsf larvae, leachate, fertilizer, organic waste PENDAHULUAN Pandemi Covid-19 yang ditetapkan sejak Desember 2019 telah mengubah tatanan hidup dan menggangu perekonomian masyarakat dunia Sharifi & Khavarian-Garmsir, 2020. Menurut data World Health Organization WHO hingga 8 Juli 2021 tercatat jiwa terinfeksi coronavirus-2 SARS-CoV-2 dan jiwa berasal dari Indonesia Satgas Covid19, 2021. Kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat di beberapa negara berdampak pada terhentinya aktivitas perdagangan dan aktivitas fisik di masyarakat Nurita, 2021; Faidatimu et al., 2021. Ketidakjelasan kapan pandemi ini akan berakhir berpotensi menggangu ketersediaan pasokan pangan hingga krisis pangan Handoko, 2020. Pemerintah di berbagai negara mulai menggalakkan kembali urban farming, yang sudah berkembang sejak krisis global 2008, sebagai sumber pangan keluarga di masa pandemi Covid-19 Will et al., 2015; Langemeyer et al., 2021. Pemerintah Indonesia melalui Badan Ketahanan Pangan BKP juga menggalakkan kembali program pekarangan pangan lestari P2L bagi masyarakat terdampak BKP, 2020. Program tersebut mengintegrasikan pertanian berkelanjutan sustainable agriculture, pemberdayaan masyarakat community engagement, pemanfaatan sumberdaya lokal local wisdom, dan berorientasi pemasaran go to market sebagai proyeksi jangka panjang Wibowo, 2020. Inovasi program terus berkembang dengan perpaduan budidaya tanaman pangan, budidaya hewan, serta pengolahan sampah rumah tangga BKP, 2020. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK, selama pandemi Covid-19 telah terjadi kenaikan produksi sampah rumah tangga sebanyak tiga puluh enam persen dan semakin membebani Tempat Pembuangan Akhir TPA Puspita, 2021. Sampah organik, seperti sisa makanan, serasah, kertas, menyumbang 65,7 persen sampah di Indonesia bahkan 46,21 persennya tidak dikelola dan terbuang ke Tempat Pembuangan Akhir TPA SIPSN, 2020. Ironisnya 90 persen TPA di Indonesia masih berupa lahan terbuka atau open dumping yang tinggi akan produksi air lindi dan penyumbang terbesar gas rumah kaca seperti pada TPA Piyungan Rafianti, 2013. TPA Piyungan sebagai TPA terbesar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga sudah mengalami overcapacity sejak tahun 2021 Mulasari et al., 2014. Lima puluh persen sampah di TPA Piyungan berasal dari Kota Yogyakarta Humas Produk olahan sampah Inggita Utami 1067 Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; e-ISSN 2686-2964 Pemda DIY, 2020. Guna mengurangi tingginya beban sampah di TPA tersebut, sejak tahun 2016 Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta telah membentuk 433 bank sampah di tingkat desa atau Rukun Warga RW DLH Kota Yogyakarta, 2018. Hanya saja upaya tersebut belum optimal karena 40% bank sampah tidak aktif dan sebagian besar hanya terbatas mengelola sampah anorganik. Permasalahan pengolahan sampah organik dan krisis pangan pada warga Yogyakarta di masa pandemi ini perlu adanya kerjasama dengan civil society organization CSO yang kuat di wilayah tersebut seperti Muhammadiyah ataupun Aisyiyah Faidatimu et al., 2021. Salah satu wilayah di Kota Yogyakarta yang warganya terdampak adalah di Kapanewon Kecamatan Mergangsan. Pimpinan Cabang Aisyiyah PCA Mergangsan menjadi organisasi Aisyiyah yang menggerakkan peran Wanita ibu rumah tangga untuk maju di berbagai bidang pelestarian lingkungan pengembangan agrikultur Diwanti & Herawati, 2019. Menurut Hastuti et al. 2021, ibu rumah tangga dan kelompok wanita tani menggerakkan pertanian di rumah dan skala dusun hingga desa, membentuk urban agriculture landscape, dan mengembangkan inovasi untuk meningkatkan ketahanan pangan lokal. Pengolahan sampah sisa makanan rumah tangga dapat dikembangkan dengan teknologi tepat guna sederhana ember tumpuk Putri & Utami, 2019 dengan memanfaatkan agen biokonversi larva black soldier fly - BSF Hermetia illlucens Utami et al., 2020. Sampah organik yang terolah dari ember tumpuk akan menghasilkan air lindi yang tertampung di ember bagian bawah dan larva BSF maggot yang tertampung di bak penampung bagian atas ember. Air lindi selanjutnya dapat diolah menjadi pupuk cair organik PCO yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman pangan seperti kangkung darat Herlina et al., 2015 atau bayam Mardiana, 2019. Larva BSF yang dikeringkan ataupun dijadikan pelet dapat meningkatkan pertumbuhan ikan lele Meitiyani & Erwin, 2017. Program P2L yang diintegrasikan dengan teknologi pengolahan sampah ember tumpuk berbasis maggot dan produk PCO lindi serta pelet maggot selanjutnya dapat diterapkan kepada warga Mergangsan melalui pemberdayaan anggota Aisyiyah di Kapanewon kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta. Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat ini adalah menganalisis pengaruh kegiatan penyuluhan dan pelatihan pengolahan sampah organik dengan ember tumpuk serta pembuatan pupuk cair organik lindi dan maggot kering untuk mengoptimalkan program pekarangan pangan lestari kepada anggota PCA Mergangsan Yogyakarta. METODE Lokasi dan Waktu Kegiatan Permasalahan yang tertuang di latar belakang diselesaikan dengan rangkaian penyuluhan dan pelatihan pengolahan sampah dengan ember tumpuk yang diintegrasikan dengan program pekarangan pangan lestari Gambar 1. Kegiatan diawali dengan survey dan persiapan alat dan bahan pada tanggal 30 Juni 2021 dan dilanjutkan dengan sosialisasi pekarangan pangan lestari yang diselenggarakan pada tanggal 17 Juli 2021 secara daring melalui media whatsapp group. Pada tanggal 25 Juli 2021 dilakukan rangkaian penyuluhan dan pelatihan pengolahan sampah organik dengan ember tumpuk dan larva black soldier fly BSF, pelatihan pembuatan pupuk cair organik lindi, pelatihan pembuatan maggot larva bsf kering, pelatihan budidaya ikan dalam ember atau budikdamber, serta budidaya tanaman pekarangan di Ruang Terbuka Hijau Produk olahan sampah Inggita Utami 1068 Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; e-ISSN 2686-2964 RTH publik RW 17 Kecamatan Mergangsan. Sebagai upaya menjaga keberlanjutan dari kerjasama dengan mitra, pada tanggal 7 Agustus 2021 diselenggarakan penandatanganan Memorandum of Understanding MoU yang dilakukan dikantor PCA Mergangsan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini ditutup dengan monitoring dan evaluasi pada tanggal 26 September 2021. Gambar 1. Rangkaian kegiatan a persiapan, b penerapan protokol kesehatan oleh tim mahasiswa, c kegiatan penyuluhan dan pelatihan, d pemberian alat ke peserta, e monitoring dan evaluasi, f penandatanganan MoU dengan mitra Dokumentasi pribadi, 2021 Sasaran Kegiatan Mitra dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah Pimpinan Cabang Aisyiyah PCA Mergangsan. Sebanyak lima belas pengurus dan anggota PCA Mergangsan yang sebagian besar juga merupakan ketua pengurus bank sampah di tingkat kelurahan menjadi peserta dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Tiga mahasiswa dari program studi Biologi dan Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan ikutserta dalam mempersiapakan alat dan bahan dalam kegiatan ini. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah ember cat 25 kg bekas, paku, palu, bor listrik, keran, papan triplek kayu, ember besar, net pot, botol transparan, gunting. Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain larva BSF instar 1, bibit kangkung, rockwool, lakban, dan gelas plastik air mineral bekas. Pengambilan dan Analisis Data Setiap sebelum dan setelah kegiatan penyuluhan dan pelatihan, peserta diberikan kuesioner Gambar 2 untuk menganalisis peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta. Kuesioner berisi pertanyaan dengan skor jawaban nol untuk tidak paham, hingga skor 5 untuk sangat paham. Pengolahan data kuesioner dilakukan secara deskriptif dan inferensial untuk membandingkan pemahaman peserta sebelum dan setelah kegiatan berlangsung. Produk olahan sampah Inggita Utami 1069 Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; e-ISSN 2686-2964 Gambar 2. Kuesioner sebelum dan setelah penyuluhan dan pelatihan Dokumentasi pribadi, 2021 HASIL, PEMBAHASAN, DAN DAMPAK Rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat memberikan pengaruh dengan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta Gambar 3. Peningkatan pengetahuan dapat dinilai dari hasil kuesioner sebelum dan setelah kegiatan berlangsung. Rata-rata pemahaman peserta tentang pengolahan sampah dengan ember tumpuk adalah 1,90 dimana nilai tersebut menunjukkan peserta kurang paham dengan pengelolaan sampah organik menggunakan ember tumpuk. Pasca pelatihan, pemahaman peserta meningkat menjadi paham dengan rata-rata nilai kusioner adalah 4,00. Peningkatan pemahaman ini cukup rata pada semua pelatihan yang diajarkan, baik dari pengolahan sampah organik dengan komposter berupa ember tumpuk Gambar 4, pembuatan pupuk cair organik lindi hingga pembibitan, serta pelatihan pengeringan maggot untuk pakan ternal lele dalam budikdamber. Peningkatan keterampilan diperoleh melalui hasil monitoring dan evaluasi ke setiap peserta. Kelima belas peserta mengalami peningkatan keterampilan dibuktikan dengan pelaksanaan pengolahan sampah dengan ember tumpuk di rumah masing-masing dan di bank sampah. 4-5 = sangat paham 3-3,9 = paham; 2-2,9 = cukup paham; 1-1,9 = kurang paham; 0-0,9 = tidak paham; Gambar 3. Rata-rata nilai kuesioner sebelum dan setelah kegiatan Produk olahan sampah Inggita Utami 1070 Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; e-ISSN 2686-2964 Gambar 4. Pengenalan ember tumpuk kepada peserta Dokumentasi pribadi, 2021 Pengabdian kepada masyarakat dengan mengangkat pengolahan sampah dengan larva BSF sudah dilakukan pada tahun sebelumnya dengan lingkup hanya di kelurahan Brontokusuman saja. Pada pengabdian tersebut kegiatan hanya sebatas pengenalan ember tumpuk dan budidaya larva BSF saja dalam kandang Utami et al., 2020. Pengembangan terus dilakukan dalam mencapai renstra pengabdian kepada masyarakat ini dengan menyelaraskan hasil pengolahan sampah organik dengan program pekarangan pangan lestari sehingga hasil yang diperoleh peserta lebih komprehensif. Pemerintah Badan Ketahanan Pangan BKP telah mengembangkan program pekarangan pangan lestari, akan tetapi belum dikolaborasikan dengan produk-produk hasil pengolahan sampah dengan larva BSF. Melalui kegiatan pengabdian ini, program pekarangan pangan lestari dikombinasikan dengan pupuk cair organik untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman pekarangan seperti bayam, kangkung, cabe Gambar 5 dan maggot kering untuk meningkatkan pertumbuhan lele dalam budikdamber. Pertumbuhan tanaman dan ternak lele yang baik akan mengoptimalkan program pekarangan pangan lestari yang telah diusung pemerintah sebelumnya. Hambatan yang muncul pada kegiatan ini adalah kurang terserapnya larva BSF untuk dijadikan pakan ternak karena terbatasnya ternak yang dimiliki warga. Pelatihan yang akan dilakukan pada periode berikutnya adalah pelatihan budidaya BSF skala besar untuk diproyeksikan meningkatkan ekonomi warga. Gambar 5. Monitoring ke salah satu peserta yang telah menggunakan ember tumpuk dan menghasilkan pupuk organik cair untuk mengoptimalkan pekarangan pangan lestari Produk olahan sampah Inggita Utami 1071 Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; e-ISSN 2686-2964 SIMPULAN Rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat memberikan pengaruh dengan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta. Peningkatan pengetahuan diukur dengan hasil kusioner yang diberikan sebelum dan setelah kegiatan, sedangkan peningkatan keterampilan diukur melalui kegiatan monitoring dan evaluasi yang diukur pada setiap peserta. Pemahaman peserta meningkat dari kurang paham menjadi paham setelah kegiatan dilakukan. Kendala selama kegiatan diantaranya beberapa peserta tidak memiliki hewan ternak sehingga belum optimal dalam memanfaatkan larva bsf sebagai pakan ternak. Kegiatan ini dapat menjadi strategi dalam memperkuat ketahanan pangan warga Mergangsan Yogyakarta di masa pandemi covid-19. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM Universitas Ahmad Dahlan untuk dukungan pendanaan dan moril selama kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berlangsung. Penulis juga berterima kasih kepada ketua dan pengurus Pimpinan Cabang Aisyiyah Mergangsan Kota Yogyakarta yang telah memberikan izin dan mendukung pelaksanaan kegiatan ini. DAFTAR PUSTAKA BKP. 2020. Petunjuk teknis bantuan pemerintah kegiatan pekarangan pangan lestari tahun 2020. Jakarta Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Diwanti, Herawati, 2019. Pemberdayaan Perempuan Melalui Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah Bueka. Nusantara Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 6 2 194-206. DLH Kota Yogyakarta. 2016, December 31. Rincian Data Bank Sampah 2016 Website Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. Faidatimu, N., Khozin, H., Mahendra, G. 2021. Community Empowerment Program Model for MSMEs’ Actors Affected by Covid-19 in Special Region of Yogyakarta. Jurnal Studi Pemerintahan, 12 2 169-192. Handoko, 2020, October 23. Menjaga ketahanan pangan di masa pandemic covid-19 Website Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hastuti, Darma, R., Salman, D., Santosa, S., Martosenjoyo, T., Dungga, 2021. Gender preference on the quality of landscape aesthetic of urban agriculture. Journal of Socioeconomics and Development, 4 1 57-68. Herlina, Puspita, L., Syamsi, F. 2015. Uji Efektivitas Manfaat Air Lindi Produksi Tempat Pembuangan Akhir TPA Telaga Punggur Sebagai Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Morfometrik Tanaman Kangkung Darat Ipomoea reptans, Poir. SIMBIOSA, 4, 2, hlm. 70-78 Humas Pemda DIY. 2020, November 30. Perluasan TPST Piyungan Diproyeksikan Selesai 2025 Website Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. Produk olahan sampah Inggita Utami 1072 Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; e-ISSN 2686-2964 Langemeyer, J., Madrid-Lopez, C., Beltran, Mendez, 2021. Urban agriculture — A necessary pathway towards urban resilience and global sustainability?. Landscape and Urban Planning, 210 1-8. Mardiana, D. 2019. Pengaruh Komposisi dan Dosis Pupuk Organik Cair POC Lindi Tempat Pengolahan Akhir TPA Kaliori Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam Amaranthus sp.. Skripsi thesis. Universitas Jenderal Soedirman Meitiyani & Erwin. 2017. Perbedaan pengaruh pemberian belatung lalat tantara hitam Hermetia illucens terhadap pertumbuhan ikan lele Clarias sp. dan Ikan Bawal Colossoma macropomum. Prosiding seminar nasional biologi dan Pendidikan biologi UKSW 2018. Salatiga Program studi Biologi Universitas Kristen Satya Wacana. Mulasari, Husodo, Muhadjir, N. 2014. Kebijakan Pemerintah dalam pengelolaan sampah domestic. Kesmas Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 88 404-410. Nurita, D. 2021, July 2. Gonta-ganti istilah dari PSBB, PPKM mikro, PPKM darurat, apa bedanya? Puspita, R. 2021, February 15. KLHK Sampah Rumah Tangga Meningkat 36 Persen Saat Pandemi Putri, Utami, I. 2019. Pemberdayaan Anggota LLHPB Aisyiyah DI Yogyakarta dalam Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga. Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan 329-334. Rafianti. 2013, Maret 2. Mei, TPA Open Dumping Harus Ditutup Indonesia Solid Waste Newsletter. Satgas covid19. 2021, July 6. Data sebaran Indonesia Website Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Sharifi, A., Khavarian-Garmsir, 2020. The COVID-19 pandemic Impacts on cities and major lessons for urban planning, design, and management. Science of the Total Environment, 749 1-14. SIPSN. 2020, December 31. Grafik komposisi sampah Website Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Pertanian. Utami, I., Putra, Khotimah, K., Pangestu, 2020. Maggot Black Soldier Fly sebagai agen degradasi sampah organik dan pakan ternak warga mergangsan Yogyakarta. Logista Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 42 127-135. Wibowo, A. 2020, November 18. Memahami Kebijakan Pengembangan Pekarangan Pangan Lestari P2L Sebagai Solusi Jitu Saat Pandemi Covid-19 Website Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang. Will, S., Broadgate, W., Deutsch, L., Gaffney, O., & Ludwig, C. 2015. The trajectory of the Anthropocene The Great Acceleration. The Anthropocene Review, 21, 81–98. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Asta Putri Inggita UtamiSampah organik yang tercampur di Tempat Pembuangan Akhir TPA dapat berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan karena menimbulkan aroma busuk, mengundang serangga pembawa penyakit serta menghasilkan air lindi yang menjadi pencemar perairan. Masyarakat sebagai penghasil sampah perlu diedukasi untuk memisahkan sampah organik dan melakukan pengolahan mandiri mulai dari skala kecil rumah tangga. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada mitra yaitu anggota Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana LLHPB Aisyiyah DIY dalam mengolah sampah organik rumah tangga, secara teori dan praktik. Tahap pertama yaitu penyuluhan pengolahan sampah organik yang mudah diterapkan. Tahap kedua yaitu pelatihan mengolah sampah organik dengan menggunakan komposter BSF dan uji coba di rumah masing-masing peserta. Hasil kegiatan ini adalah terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari peserta dalam mengelola sampah organik rumah tangga serta menghasilkan produk yang lebih bermanfaat seperti pupuk cair dan magot untuk pakan ternak. Melalui kegiatan ini peserta diharapkan dapat mengajak warga di lingkungannya sehingga volume sampah organik yang masuk ke TPA dapat addition to providing food benefits, urban agriculture also has aesthetic benefits. Therefore, a visual assessment of the urban agricultural landscape can be used to measure this aesthetic value. Gender preference is also carried out to see differences in visual assessment. This research was conducted in Makassar City using primary data with 129 respondents consisting of 53 people who had never been to Makassar and 76 people who had been/lived in Makassar. The aesthetic assessment of agricultural landscapes in Makassar City used the Scenic Beauty Estimation SBE method with a perceptual dimension. The results showed that the most beautiful urban agricultural landscapes had a high level of preference, namely in various plant gardens and verticultural hydroponic systems. Furthermore, the highest SBE score as a potential attraction was shown by male respondent who had never been to Makassar. Possible urban agricultural landscape resources should receive special attention by arranging them neatly and cleanly so that they have high artistic value to provide beauty and comfort for Classification C00; O13; Q19Enam puluh persen sampah yang dihasilkan di Indonesia masih berupa sampah organik. Maggot atau larva black soldier fly-BSF Hermetia illucens L. mulai digunakan sebagai agen biologis pendegradasi sampah organik. Maggot terkenal kaya protein sehingga dapat dijadikan alternatif pakan bagi warga Mergangsan yang banyak membudidayakan lele cendol. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan penyuluhan dan pelatihan dalam memanfaatkan maggot bagi warga Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Juni hingga September 2020 kepada mitra yaitu anggota Pimpinan Cabang Aisyiyah PCA Mergangsang Yogyakarta. Paska penyuluhan dan pelatihan ini terjadi peningkatan dari 24% menjadi 100 % peserta yang mengolah sampah organik rumah tangganya dengan ember tumpuk dan maggot. Peserta yang semula tidak paham dengan bentuk dan manfaat maggot menjadi paham paska pelatihan tatap muka. Perpaduan ember tumpuk dan maggot pada kegiatan ini dijadikan sebagai teknologi tepat guna dalam mendegradasi sampah organik dan memisahkan air lindi yang dapat diolah menjadi pupuk cair organik. Kata kunci Maggot, Bsf, Sampah, Pakan, Yogyakarta ABSTRACT Sixty percent of the waste produced in Indonesia is still organic waste. Maggot or black soldier fly-BSF larvae Hermetia illucens L. began to be used as a biological agent for degrading organic waste. Maggot is also known to be rich in protein so it can be used as an alternative feed for Mergangsan residents who cultivate catfish. The aim of this community service is to provide counseling and training in utilizing maggot for residents of Mergangsan District, Yogyakarta City. This activity was carried out from June to September 2020 for partners, namely members of Pimpinan Cabang Aisyiyah PCA Mergangsang Yogyakarta. After this counseling and training, there was an increase from 24 % to 100 % of participants who processed their household organic waste with stacked buckets and maggots. Participants who initially did not understand the form and benefits of maggot became understand after face-to-face training. The combination of stacked buckets and maggot in this activity is used as an appropriate technology in degrading organic waste and separating leachate which can be processed into organic liquid fertilizer. Keywords Maggot, Bsf, Waste, Feed, YogyakartaPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunakan senyawa organik cair “Lindi” yang dihasilkan dari limbah sampah TPA Telaga Punggur Batam. Jenis sayuran yang digunakan adalah tanaman kangkung darat Ipomoea reptans, Poir dengan menggunakan indikator pengamatan pertumbuhan morfometrik sebagai dasar perbandingan, yakni dengan membandingkan efek antara cairan organik lindi dengan cairan pupuk umum yang tersedia di pasar. Hasil analisis pengujian berdasarkan nilai laju pertumbuhan panjang tangkai daun dengan menggunakan uji F α = 5% didapat bahwa Fhitung adalah dan Ftabel atau nilai Fhitung > Ftabel, berdasarkan hasil ini hipotesa alternatif Hi diterima dan menolak H0, berarti bahwa senyawa organik cair lindi telah memberikan hasil signifikan dibandingkan pupuk umum. Sedangkan analisis hasil tes berdasarkan pada jumlah daun didapat bahwa Fhitung adalah dan Ftabel atau nilai Fhitung > Ftabel atau hipotesa menolak H0 menerima hipotesa alternatif Hi serta menyatakan senyawa organik cair lindi telah memberikan hasil signifikan untuk dapat menambah jumlah daun dibandingkan pupuk umum. Surahma Asti MulasariAdi Heru HusodoNoeng MuhadjirSampah berpotensi menciptakan masalah kesehatan lingkungan. Pemerintah mengupayakan berbagai kebijakan pengelolaan sampah seperti pelayanan sampah dan memberdayakan masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam mengelola sampah domestik di Daerah Istimewa Yogyakarta DIY, perubahan kualitas lingkungan dan masyarakat akibat kebijakan pengelolaan sampah, dan untuk mengetahui metode pemantauan dan pengelolaan sampah yang ada di DIY. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan rancangan studi kasus. Fenomena yang menjadi studi dalam penelitian ini adalah kebijakan pengelolaan sampah di DIY. Permasalahan sampah yang ada di DIY adalah cakupan pelayanan pemerintah kabupaten yang masih sangat rendah, kecuali Kota Yogyakarta 90%. Sampah terangkut ke tempat pembuangan akhir masih rendah dibandingkan volume sampah yang dihasilkan. Kebijakan untuk pengelolaan sampah adalah di seluruh kabupaten/kota DIY telah terbentuk badan/unit yang bertanggung jawab mengelola sampah. Perubahan kualitas lingkungan dan masyarakat adalah lingkungan dan jalan menjadi bersih, asri, dan nyaman. Metode pemantauan dan evaluasi kebijakan pengelolaan sampah di DIY belum dituangkan dalam prosedur baku. Permasalahan sampah sudah menjadi perhatian bagi pemerintah daerah DIY. Kebijakan telah didukung dengan program layanan, proyek, regulasi, dan insentif khusus untuk pengelolaan sampah. Waste had great potential in creating environmental health issues. The government had tried various ways of waste management policy such as waste management services and people empowerment to manage their waste independently. The objectives of this study is to observe the problem of garbage in the Daerah Istimewa Yogyakarta DIY, the Government’s policy in managing domestic waste in DIY, the changes in environmental quality and community impact of the waste management, and the methods of monitoring and managing waste in DIY. This research was a qualitative case study design. The phenomenon in this research was the waste management policy in DIY. Waste problem in the province DIY was the district service coverage which was still very low, except for the city of Yogyakarta 90%. The waste transported to landfill was still low compared to the volume of waste generated. The policy in DIY for waste management was that in all districts/cities in DIY there had been units formed, responsible for managing waste. The changes in the quality of environment and community were that the environment and roads are getting clean, beautiful, and comfortable. The methods for monitoring and evaluation of waste management policy in the province had not been set forth in the standard procedure. Waste problem had been a concern for local government of DIY. The policy had been supported by the service program, project, regulatory, and special incentives for waste Great Acceleration’ graphs, originally published in 2004 to show socio-economic and Earth System trends from 1750 to 2000, have now been updated to 2010. In the graphs of socio-economic trends, where the data permit, the activity of the wealthy OECD countries, those countries with emerging economies, and the rest of the world have now been differentiated. The dominant feature of the socio-economic trends is that the economic activity of the human enterprise continues to grow at a rapid rate. However, the differentiated graphs clearly show that strong equity issues are masked by considering global aggregates only. Most of the population growth since 1950 has been in the non-OECD world but the world’s economy GDP, and hence consumption, is still strongly dominated by the OECD world. The Earth System indicators, in general, continued their long-term, post-industrial rise, although a few, such as atmospheric methane concentration and stratospheric ozone loss, showed a slowing or apparent stabilisation over the past decade. The post-1950 acceleration in the Earth System indicators remains clear. Only beyond the mid-20th century is there clear evidence for fundamental shifts in the state and functioning of the Earth System that are beyond the range of variability of the Holocene and driven by human activities. Thus, of all the candidates for a start date for the Anthropocene, the beginning of the Great Acceleration is by far the most convincing from an Earth System science Covid-19 pandemic newly brings food resilience in cities to our attention and the need to question the desired degree of food self-sufficiency through urban agriculture. While these questions are by no means new and periodically entering the global research focus and policy discussions during periods of crises — the last time during the global financial crisis and resulting food price increases in 2008 — urban and peri-urban agriculture continue to be replaced by land-uses rendering higher market values housing, transport, leisure. The loss of priority for urban agriculture in urban land-use planning is a global trend with only a few exceptions. We argue in this essay that this development has widely taken place due to three blind spots in urban planning. First, the limited consideration of social and ecological vulnerabilities and risk-related inequalities of urban inhabitants, food shortage among them, in the face of different scenarios of global change, including climate change or pandemic events such as Covid-19. Second, the disregard of the intensified negative environmental and related social externalities caused by distant agricultural production, as well as lacking consideration of nutrient re-cycling potentials in cities from wastewater to replace emission intensive mineral fertilizer use. Third, the lack of accounting for the multifunctionality of urban agriculture and the multiple benefits it provides beyond the provision of food, including social benefits and insurance values, for instance the maintenance of cultural heritage and agro-biodiversity. Along these lines, we argue that existing and new knowledge about urban risks and vulnerabilities, the spatially explicit urban metabolism energy, water, nutrients, as well as ecosystem services need to be stronger and jointly considered in land-use the early days of the COVID-19 crisis the scientific community has constantly been striving to shed light on various issues such as the mechanisms driving the spread of the virus, its environmental and socioeconomic impacts , and necessary recovery and adaptation plans and policies. Given the high concentration of population and economic activities in cities, they are often hotspots of COVID-19 infections. Accordingly, many researchers are struggling to explore the dynamics of the pandemic in urban areas to understand impacts of COVID-19 on cities. In this study we seek to provide an overview of COVID-19 research related to cities by reviewing literature published during the first eight months after the first confirmed cases were reported in Wuhan, China. The main aims are to understand impacts of the pandemic on cities and to highlight major lessons that can be learned for post-COVID urban planning and design. Results show that, in terms of thematic focus, early research on the impacts of COVID-19 on cities is mainly related to four major themes, namely, 1 environmental quality, 2 socioeconomic impacts, 3 management and governance, and 4 transportation and urban design. While this indicates a diverse research agenda, the first theme that covers issues related to air quality, meteorological parameters , and water quality is dominant, and the others are still relatively underexplored. Improvements in air and water quality in cities during lockdown periods highlight the significant environmental impacts of anthropogenic activities and provide a wake-up call to adopt environmentally friendly development pathways. The paper also provides other recommendations related to the socioeconomic factors, urban management and governance, and transportation and urban design that can be used for post-COVID urban planning and design. Overall, existing knowledge shows that the COVID-19 crisis entails an excellent opportunity for planners and policy makers to take transformative actions towards creating cities that are more just, resilient, and sustainable. Dyah Pikanthi DiwantiErna AndriyaniRahmadhani Santi HerawatiPemberdayaan perempuan menjadi konsentrasi salah satu organisasi Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan yang bergerak dalam berbagai bidang sangat mendukung upaya pemberdayaan perempuan. Muhammadiyah memiliki berbagai amal usaha, salah satunya pengelolaan badan usaha di organisasi otonom. Melalui Organisasi Otonom yang bergerak dalam ranah keperempuanan yaitu Aisyiyah. BUEKA merupakan skema program pemberdayaan ekonomi umat yang diluncurkan oleh Pimpinan Pusat Aisyiyah. Skema dirancang untuk memberdayakan Ibu rumah tangga, minimal dapat mempunyai usaha mandiri seperti usaha yang berbentuk home industry. Salah satunya di Pimpinan Cabang Aisyiyah Mergangsan. Satu hal yang menjadi fenomena adalah adanya potensi yang luar biasa dari BUEKA yang dikelola oleh PCA Mergangsan dan ini yang menjadi pijakan untuk dijadikan best practise di masyarakarat. Kegiatan yang dilakukan melalui pelatihan, pendampingan dan evaluasi menjadi aset penting dari keberlangsungan dan keberlanjutan penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Ditinjau dari tema pembahasan dalam penelitian ini tergolong jenis penelitian dengan pendekatan penelitian lapangan yang bersifat studi kasus. Sumber data berasal dari data primer dan sekunder yang diuji dengan teknik triangulasi. Manfaat penelitian bagi akademik adalah menambah wawasan dan bahan pengembangan penelitian, dan bagi praktisi adalah sebagai referensi, sumber informasi dalam pengelolaan BUEKA/ badan usaha baik ditingkatan Aisyiyah maupun ortom lain sekaligus bisa bermanfaat untuk referensi secara Kunci Pemberdayaan Perempuan, BUEKA Badan Usaha Ekonomi Keluarga AisyiyahPetunjuk teknis bantuan pemerintah kegiatan pekarangan pangan lestari tahun 2020. Jakarta Badan Ketahanan Pangan Kementerian PertanianBkpBKP. 2020. Petunjuk teknis bantuan pemerintah kegiatan pekarangan pangan lestari tahun 2020. Jakarta Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian
Bagi sebagian orang limbah plastik, kertas dan karton adalah sampah yang harus disingkirkan. Tapi sebagian lain melihatnya bernilai ekonomis, dijual secara kiloan, meski dengan harga lebih murah. Bagi anggota Kelompok Ito Bersatu, nilai limbah-limbah tersebut bisa jauh lebih berharga. Melalui pengolahan secara kreatif, nilai sampah-sampah ini jauh dari nilai aslinya. Kelompok Ito Bersatu adalah kelompok bentukan program pemberdayaan masyarakat pesisir Coastal Community Development Project-International Fund Agriculture Development/CCDP-IFAD yang khusus pada Pengelolaan Sumber Daya Alam PSDA di Kota Makassar, Sulsel, tepatnya di Kelurahan Kampung Buyang, Kecamatan Tamalate. Dibentuk pada Agustus 2015, beranggotakan 10 orang warga setempat. “Seluruh anggotanya adalah orang-orang yang kita anggap memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan itu bisa dilihat dari aktivitas mereka selama ini,” ungkap Suryanty, Ketua Kelompok Ito Bersatu ketika ditemui di rumahnya, Sabtu 10/3/2018. baca Mengenal Kampung Daur Ulang Sampah Makassar Kelompok kerajinan tangan Ito Bersatu di Kota Makassar, Sulsel, yang membuat beraneka macam suvenir dari sampah-sampah plastik dan karton. Produknya sangat cantik dan rapi, tidak terlihat berasal dari bahan sampah. Foto Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia. Suryanty sendiri adalah penggiat daur ulang sampah sejak lama, yang telah menjadikan usaha ini sebagai sumber penghasilan, selain usaha menjahit. Ia banyak membuat kerajinan tangan dari sisa kain yang tak terpakai, plastik dan karton-karton. Ia juga terampil membuat aneka ragam sulaman tangan untuk dijadikan tas dan taplak meja. Semua pengetahuan itu diperoleh ketika masih SMA, sebagai kegiatan hobi mengisi waktu luang. “Dari dulu memang saya hobi kerajinan tangan, sudah menjadi kesenangan tersendiri. Kini lebih semangat lagi mengerjakannya karena bisa menghasilkan uang,” tambahnya. Ia bahkan sempat belajar banyak kerajinan tangan dari bahan eceng gondok, meski belum ditekuninya secara serius. Menurutnya, daur ulang dari limbah plastik lebih mudah karena tidak melalui proses yang rumit, seperti dalam usaha kerajinan berbahan eceng gondok. Bahannya mudah diperoleh di sekitar, seperti sisa botol dan gelas plastik, kantong plastik, bungkus makanan kemasan, kaleng botol minuman, dan lainnya. baca Di Bank Sampah Ini, Sampah Bisa Ditukar dengan Minyak Goreng Salah satu produk kelompok Ito Bersatu dari Kota Makassar, Sulsel, berupa alas atau baki untuk kelengkapan pesta. Ada juga wadah untuk toples dan botol minuman, berharga Rp75 ribu hingga seratusan ribu rupiah. Foto Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia Tidak hanya melalui pelatihan, keterampilan Suryanty ini juga diperoleh dari di internet dan Youtube, bergabung dalam komunitas daur ulang di facebook, serta belajar dari teman-temannya. “Saya senang belajar dan kemudian mengajarkannya ke orang lain,” tambahnya. Bantuan CCDP-IFAD berupa beragam peralatan usaha, seperti mesin jahit, semakin memotivasi Suryanti dengan kawan-kawannya. “Kita sering kumpul-kumpul, bikin beragam macam kerajinan tangan dari limbah plastik dan karton. Ada beberapa anggota yang belum begitu terampil, kita ajari juga. Saling belajar lah.” Bekerja secara kelompok, menurutnya, membuat pekerjaan lebih mudah dan cepat. Pekerjaan yang dulunya memakan waktu tiga hari, bisa diselesaikan sehari saja. Mereka juga bisa berdiskusi tentang masalah-masalah yang terjadi di sekitar mereka. Tantangannya adalah terkadang sulit mengumpulkan seluruh anggota kelompok secara bersama karena faktor kesibukan. “Tiap orang kan punya kesibukan dan pekerjaan masing-masing. Saya sendiri bekerja sebagai tukang jahit, kadang banyak kerjaan. Apalagi sekarang baru habis melahirkan. Tinggal pintar-pintarnya kita mencari waktu yang lowong untuk semua.” Menjual produk daur ulang juga butuh pasar tersendiri, karena harganya yang cukup mahal, meski harga itu sebenarnya sebanding dengan proses pengerjaannya yang butuh waktu agak lama. Suryanty memperlihatkan sejumlah produk kerajinan tangan hasil karya anggota kelompok. Ada aksesoris pembungkus toples kue, taplak meja dan tas jinjing. Ada juga beraneka jenis gelang dan bros. Sekilas terlihat kerumitan dalam pembuatannya, tetapi hasilnya hampir tak terlihat sebagai produk hasil daur ulang. Sangat rapi dan elegan. “Ini sebenarnya gampang, hanya butuh waktu lama menyiapkan bahan bakunya. Kalau dikerja sendiri butuh waktu berminggu-minggu. Apalagi kalau hanya jadi kerja sampingan saja.” baca Sampah Plastik, Harus Ada Inovasi Pemanfaatannya Produk olahan limbah kelompok Ito Bersatu dari Kota Makassar, Sulsel, sering diikutkan dalam pameran. Produknya yang bagus dan cantik sering mendapat respons yang baik dari masyarakat. Foto Suharman/DP2 Kota Makassar/Mongabay Indonesia. Menurutnya, membuat produk daur ulang ini membutuhkan kesabaran dan ketekunan tersendiri untuk mendapatkan hasil yang bagus. Harga produknya pun beragam sesuai ukuran dan kerumitannya. Dari harga Rp75 ribu hingga ratusan ribu. Tidak hanya menjual produk, mereka juga memberi pelatihan untuk pelajar dan ibu-ibu rumah tangga yang tertarik menekuni usaha ini. “Kita sering bikin pelatihan di rumah ini. Ada belajar menganyam, menjahit dan membuat produk-produk dari limbah lainnya. Kalau ada yang minta diajarkan di tempat lain kita juga bisa diundang,” tambahnya. Untuk bahan baku, selain dari limbah plastik sendiri dan tetangga sekitar, juga diperoleh dari bank sampah yang mereka kelola. Untuk rumah tangga sendiri, mereka gencar mengampanyekan pemilahan sampah. baca Ibu Rumah Tangga, Kunci Penanggulangan Sampah Plastik Berbagai Kegiatan Kegiatan kelompok ini ternyata tidak hanya sekedar daur ulang sampah, namun jauh lebih beragam. Misalnya melakukan pembenahan lingkungan, pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, pembuatan komposter pupuk, pemeliharaan tanaman, penyuluhan dan sosialisasi, serta pembentukan bank sampah. “Beberapa bulan lalu kita lakukan perbaikan taman SPBU di dekat kantor Brimob itu. Kita gotong-royong memoles taman supaya lebih cantik.” Bank sampah binaan kelompok ini juga masih berjalan, meski bermitra dengan pihak lain. Keberadaan Bank Sampah ini cukup aktif dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar. Terintegrasi dengan bank sampah pusat yang dikelola oleh Pemkot Makassar. baca Menariknya Produk Olahan Sampah dari Desa Hutan Monyet Aktivitas pengelolaan sampah di Bank Sampah di Kelurahan Parangloe, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Sulsel. Setiap anggota kelompok memiliki tugas tersendiri, ada yang menyortir, menimbang dan mencatat. Foto Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia Kini program CCDP-IFAD telah berakhir namun Suryanty akan tetap mempertahankan keberadaan kelompok. Apalagi mereka memiliki banyak peralatan yang seharusnya bisa dimaksimalkan. “Usaha kerajinan tangan ini sebenarnya prospeknya bagus. Pembelinya selalu ada dan harganya bagus. Tinggal bagaimana fokus saja, pak. Apalagi ibu-ibu di sini sudah banyak yang terampil, tinggal diarahkan dan butuh pendampingan lanjutan.” Suryanty juga berharap ini bisa diperluas tidak hanya untuk kelompok-kelompok, tapi juga untuk para pelajar. Apalagi selama ini telah banyak pelajar dari berbagai sekolah yang datang belajar di kelompok tersebut. “Dulu rumah ini sering penuh anak-anak sekolah datang untuk belajar karena tugas dari sekolah. Mereka cukup terampil.” baca juga Sampah Dikumpulkan, Buku Dipinjamkan Menurut Suharman, Tenaga Pendamping Desa TPD IFAD Makassar, produk kelompok ini memang cukup bagus dan sering diikutkan dalam berbagai kegiatan pameran. Hanya terkendala pada pemasaran secara luas. Selama ini, pemasaran hanya melalui media sosial secara individu, belum berskala luas atau di gerai toko. “Produk mereka sangat bagus dan terlihat profesional, cuma harus dipikirkan bagaimana memikirkan pasar mereka. Mereka telah mengalokasikan waktu yang besar untuk itu semua namun kemudian keuntungan secara finansial belum bisa mereka dapatkan. Ini yang kadang membuat produktivitas mereka berkurang,” tambahnya. Suharman berharap dengan berakhirnya program CCDP IFAD akan ada program lain yang bisa membantu pengembangan usaha kelompok ini. “Ini bisa menjadi industri kreatif rumah tangga yang prospektif dalam membantu meningkatkan income rumah tangga. Bisa menjadi solusi pementasan kemiskinan di masyarakat pesisir.” Artikel yang diterbitkan oleh
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. ARTIKEL, KARYASITI NUR ASMAYASARIXII MIPA 7 SMAN 1 PADALARANG Pada September lalu , tepatnya pada tanggal 6 September 2021 para siswa maupun siswi kelas 12 di SMA Negeri 1 Padalarang tahun ajaran 2021-2022 ditugaskan dalam mata pelajaran PPKN yang berkaloborasi dengan mata pelajaran Biologi dengan adanya pembuatan ecoenzim. Mengapa hal ini ada sangkut-pautnya dengan mata pelajaran PPKN? dikarenakan adanya materi yg membahas mengenai kemajuan IPTEK terhadap NKRI , yang menjadi salah satu teknologi baru untuk mengurangi nya sampah-sampah organik yang ada di apakah kalian pernah mendengar istilah ecoenzim? Ini adalah salah satu produk dari sisa organik yang memiliki banyak sekali Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand yang pertama kali memperkenalkan ecoenzim. ecoenzim merupakan hasil olahan limbah dapur yang difermentasi dengan menggunakan gula merah beserta air . Limbah dapur organik yang diolah adalah yang berupa ampas buah dan sayuran. Sehingga memiliki warna cokelat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang cukup bisa menjadi cairan serbaguna dan pengaplikasinya meliputi rumah tangga, pertanian, atau untuk peternakan. Pada dasarnya, ecoenzim mempercepat reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna menggunakan sampah buah atau sayuran. Enzim dari “sampah” ini adalah salah satu cara manajemen sampah yang memanfaatkan sisa-sisa bahan dapur yang tidak dipakai lagi untuk menjadi sesuatu yang bermanfaat. Jadi Tujuan dari proyek ini juga untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya dibuang ke dalam tong sampah menjadi pembersih organik, atau sebagai pupuk alami dan pestisida yang selain itu , ada tujuan lain yaitu dengan adanya pembuatan proyek seperti ini kita dapat dan bisa mengurangi banyaknya sampah-sampah organik disekitar kita. Karena sampah yang menumpuk memiliki dampak negatif yang besar bagi umat manusia , seperti bau yang mengganggu dan menyengat , bahkan menjadi biangnya dalam penyakit yang dapat terjadi dikemudian hari maupun sekarang. 1 2 3 Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
The increase in people's lifestyles raises problems of energy and waste crises. The energy crisis occurred due to a rise in energy demand due to the industrial revolution era. Meanwhile, waste problems arise as a result of public consumption. This study aimed to create a product formulation for biomass briquettes with organic waste as the primary raw material. This study used the Experimental Design Completely Randomized Design CRD method with four formulations. The first formulation V1 with the composition of rice husk dry leaves sawdust cardboard, respectively 10604, V2 10640, V3 10622, and V4 10262 Briquette quality testing uses four assessment indicators, namely shrinkage, ash content, combustion rate, and flame initiation time. The results showed that the composition of V2 briquettes was the best formulation with a shrinkage value of ash content of combustion rate of and flame initiation time of 2m 48s. Based on the research results, the Briquette V2 formulation can be an affordable alternative energy solution to overcome the energy crisis in the world. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan JPPL Maret 2023 e-ISSN 2686-6137 ; p-ISSN 2686-6145 Briket Olahan Limbah Organik Sebagai SolusiAffordable Alternative Energy Dalam Upaya Mencapai SustainableDevelopment Goals 2030Organic Waste Briquette As An Affordable Alternative Energy Solution In EffortsTo Achieve Sustainable Development Goals In 2030Rafa Muhammad1, Sultan Malikus Shaleh2, Sultan Syarief Usman3, Sigit Subagja4*1,2,3Siswa Sekolah Menengah Atas Pesantren Unggul Al-Bayan, Sukabumi, Jawa Barat4Kepala Laboratorium IPA Sekolah Menengah Atas Pesantren Unggul Al-Bayan, Sukabumi, Jawa BaratEmail 1,2,3, korespondensi 1 Maret 2023Diterima 31 Maret 2023ABSTRAKPeningkatan gaya hidup masyarakat menimbulkan permasalahan krisis energi dan limbah. Krisisenergi terjadi karena peningkatan permintaan energi akibat era revolusi industri Sementara itupermasalahan limbah muncul sebagai dampak dari konsumsi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalahuntuk menciptakan formulasi produk Briket biomassa dengan bahan baku utama limbah ini menggunakan metode Experimental Design Rancangan Acak Lengkap RAL denganempat formulasi. Formulasi pertama V1 dengan kompisisi sekam padi daun kering serbuk gergaji kardus berturut-turut 10604, V2 10640, V3 10622, dan V4 10262 Pengujian kualitasBriket menggunakan empat indikator penilaian yaitu penyusutan, kadar abu, laju pembakaran, danwaktu inisiasi nyala api. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi briket V2 adalah formulasiterbaik dengan nilai penyusutan 92,52%, kadar abu 7,48%, laju pembakaran 0,0049g/s dan waktuinisiasi nyala 2m 48s. Berdasarkan hasil penelitian maka formulasi Briket V2 dapat menjadi solusienergi alternatif yang terjangkau untuk mengatasi krisis energi di kunci Briket, sampah organik, affordable, energi alternatif, krisis The increase in people's lifestyles raises problems of energy and waste crises. The energy crisisoccurred due to a rise in energy demand due to the industrial revolution era. Meanwhile, wasteproblems arise as a result of public consumption. This study aimed to create a product formulationfor biomass briquettes with organic waste as the primary raw material. This study used theExperimental Design Completely Randomized Design CRD method with four formulations. The firstformulation V1 with the composition of rice husk dry leaves sawdust cardboard, respectively10604, V2 10640, V3 10622, and V4 10262 Briquette quality testing uses fourassessment indicators, namely shrinkage, ash content, combustion rate, and flame initiation time. Theresults showed that the composition of V2 briquettes was the best formulation with a shrinkage valueof ash content of combustion rate of and flame initiation time of 2m on the research results, the Briquette V2 formulation can be an affordable alternative energysolution to overcome the energy crisis in the Briquette, organic waste, affordable, alternative energy, energy crisis 1. PENDAHULUAN 21 Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan JPPL Maret 2023 e-ISSN 2686-6137 ; p-ISSN 2686-6145 Peningkatan populasi manusia di dunia diiringi kenaikan jumlah permintaan energiyang sangat tinggi Ulina, 2022. Hal tersebut diperlukan untuk menunjang kehidupan manusia seiringdengan meningkatnya kebutuhan dan perkembangan ilmu serta teknologi Afriyanti et al., 2018. Dinamikapenggunaan sumber energi di dunia sangatlah dinamis, revolusi industri pada tahun 1900-an menyebabkanperpindahan penggunaan sumber energi dari energi yang bersumber dari biomassa seperti kayu bakarmenjadi energi dari sumber fosil seperti batu bara, minyak dan gas bumi Setyono & Kiono, 2021.Kebutuhan energi dari bahan bakar minyak BBM berbasis fosil seperti solar, bensin, dan minyak tanah diberbagai negara di dunia juga terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan Pratiwi et al., 2021.Meningkatnya populasi penduduk, cadangan energi yang semakin menipis, serta permasalahan emisi danpolusi yang dihasilkan energi fosil menjadi polemik di seluruh dunia yang tak kunjung usai Mufandi et al.,2019; Usman et al., 2020. Secara global, energi yang kebanyakan digunakan saat ini merupakan energi takterbarukan atau energi yang seiring dengan kebutuhan dan waktu akan habis Adzikri et al., 2017.Ancaman krisis energi yang kita hadapi sekarang ini, tentunya memacu kita untuk menciptakansumber energi alternatif baru yang dapat mendukung keberlangsungan energi dalam kehidupan manusia dimasa sekarang dan masa depan Hasrul et al., 2021. Untuk menjaga ketersediaan sumber energi yangterbatas ini kita perlu mentransformasi sumber energi dari sumber daya alam yang terbatas menjadi sumberdaya alam yang terbarukan atau yang juga dikenal sebagai energi baru terbarukan Iswandi & Dewata,2020. Energi baru terbarukan merupakan energi yang diperoleh dari sumber daya alam yang jumlah danpersediaannya tidak akan habis di alam meskipun digunakan terus menerus Prasaja M et al., 2020. Berbedadengan energi tidak terbarukan yang terbentuk dari fosil bumi yang berumur jutaan tahun sehinggakeberadaannya terbatas, maka dari itu perlu penganekaragaman sumber daya energi sebagai solusi untukmengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil Ulina, 2022.Di Indonesia sendiri, sumber energi masih bergantung pada energi yang tidak terbarukan, khususnyaenergi fosil. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, sumber energi yangdigunakan di Indonesia berasal dari 30% batu bara, 23% bahan bakar gas, 41% bahan bakar minyak, danhanya 6% dari energi baru terbarukan Nugraha et al., 2022. Padahal, sudah diketahui bahwa pemanfaatanenergi yang tidak terbarukan jika dilakukan secara berulang dalam jangka waktu panjang dapat mengurassumber minyak bumi, gas, dan batubara itu sendiri karena jumlahnya yang terbatas di alam Kinasti et al.,2019. Dengan menggunakan energi terbarukan sebagai sumber energi alternatif di Indonesia, kita dapatmemenuhi kebutuhan energi, sekaligus juga mencegah lingkungan kita dari pencemaran dan kerusakanlingkungan dari penggunaan sumber energi yang tidak ramah lingkungan Hasan & Widayat, 2022.Sumber energi yang tidak mencemari lingkungan dan dapat digunakan dengan aman di Indonesiameliputi energi tata surya, energi angin, energi air, energi panas bumi, dan energi biomassa. Energi tata suryasaat ini sering digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik dengan pemanfaatan panel surya yang semakinberkembang di dunia saat ini Rizky, 2020. Energi angin juga merupakan potensi besar bagi Indonesia yangmemiliki kecepatan angin yang tinggi, khususnya di wilayah pesisir Widyanto et al., 2018. Energi airsangat mudah dimanfaatkan dengan letak geografis dan geologis Indonesia yang mengakibatkan Indonesiamemiliki banyak perairan. Begitu pula dengan energi panas yang didukung oleh letak geologis Indonesiayang merupakan jalur vulkanik ring of fire. Selain itu ada pula energi biomassa yang merupakan sumberenergi yang diperoleh dari dalam bahan organik seperti hutan dan pertanian Roos & Brackley, 2012. Dinegara maju, energi biomassa banyak digunakan untuk pembangkit tenaga listrik sebagai alternatif daribahan bakar fosil Sidabutar, 2018. Energi ini sangatlah penting untuk dimanfaatkan karena penggunaanenergi yang berasal dari bahan organik yang biasanya tidak dimanfaatkan, seperti kotoran hewan, limbahsayuran dan sampah organik lainnya. Energi biomassa tidak hanya dapat berperan sebagai sumber energialternatif, namun dapat pula menjadi solusi dari masalah limbah yang terjadi di Indonesia Fairus et al.,2011; Wardana et al., satu permasalahan limbah yang seringkali terjadi di Indonesia adalah pencemaran yangdiakibatkan oleh banyaknya sampah rumah tangga yang tidak diproses dengan benar dalam pembuanganMalina et al., 2017 . Sampah ini merupakan hasil sisa material dari suatu proses atau aktivitas yang dapatmenyebabkan dampak negatif tidak hanya untuk lingkungan sekitar namun juga kesehatan manusia Cundariet al., 2019. Sampah atau limbah rumah tangga sendiri merupakan sampah yang dihasilkan oleh kegiatansehari-hari dalam rumah tangga manusia dan terbagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan sampahanorganik Satori et al., 2018. Sampah organik merupakan limbah yang berasal dari sisa makhluk hidupalami seperti manusia, hewan, dan juga tumbuhan Latifatul et al., 2018. Sampah padat ini jika dibiarkanakan mudah membusuk dan meninggalkan aroma yang tidak sedap sehingga keberadaanya dapatmengganggu kebersihan dan kesehatan lingkungan Anzi & Nunik, 2018. Karena itu, perlu ditemukan cara22 Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan JPPL Maret 2023 e-ISSN 2686-6137 ; p-ISSN 2686-6145 untuk memanfaatkan limbah rumah tangga organik ini untuk didaur ulang kembalisehingga dapat mengurangi penumpukan limbah di lingkungan sekitar kita. Salah satu caranya adalahdengan memanfaatkan limbah organik tersebut dengan mengubahnya menjadi briket yang berfungsi sebagaienergi alternatif sumber panas untuk kegiatan adalah salah satu pemanfaatan energi biomassa yang ramah lingkungan dan juga dapatdiperbarukan Hastiawan et al., 2018. Briket ini merupakan arang yang digunakan sebagai bahan bakaruntuk membuat api Setyawan & Ulfa, 2019. Selain pembuatannya yang mudah, produk ini sangat seringdigunakan karena kemampuannya dalam menghasilkan energi panas dengan baik tanpa menyebabkan asapyang berlebihan Mustain et al., 2021. Beberapa penelitian pembuatan briket masih memanfaatkan limbahindustri seperti limbah batok kelapa Ansar et al., 2020, cangkang sawit Dewita et al., 2020, dan cangkangbuah asam Velusamy et al., 2022. Namun belum banyak penelitian yang pembuatan briket denganmemanfaatkan limbah organik sekitar rumah atau lingkungan sekolah. Maka dari itu, tujuan dari penelitianini adalah untuk memformulasikan pembuatan briket dari biomassa sampah organik agar dapat menjadisolusi tepat untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan memanfaatkan sumber daya diperbaruiyang dapat dengan mudah didapatkan di lingkungan kita untuk menjawab tantangan krisis energi yangterjadi saat METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen Rancangan AcakLengkap RAL. Metode Rancangan Acak Lengkap ini banyak digunakan dalam melakukan penelitiankomparatif karena kelebihannya dalam mengidentifikasi faktor eksperimental yang homogen sehingga seringmenjadi komponen penting dalam jenis penelitian tersebut Xian & Liu, 2019. Dalam rancangan ini,perlakuan yang dikenakan sepenuhnya secara acak dan tanpa pembatasan patokan karakteristik sepertibentuk, rupa, dan warna Persulessy et al., 2016. Dengan menggunakan metode ini, penelitian yangdilakukan diharapkan dapat diselesaikan dengan tepat terutama dalam memanfaatkan faktor-faktorpendukung yang dapat membantu proses pembuatan briket dan menghindari faktor-faktor pengganggu yangada. Karena itulah, penulis memilih metode RAL karena metode ini memiliki kemampuan untukmenganalisis dampak dari suatu faktor untuk mempertimbangkan gangguan yang disebabkan Hussain &Ali, 2019. Rancangan ini bertujuan untuk mendapatkan percobaan yang tepat dan teranalisis dari setiapsampel yang di uji yang terdapat dalam penelitian ini ditujukan untuk pengelolaan sampah organik yang benarsehingga dapat dimanfaatkan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya adalah sampahdaun kering. Penentuan sampel yang dipakai tidak ada ketentuan khusus. Sampah daun kering yangdijadikan sampel merupakan daun kering yang sudah jatuh dari rantingnya. Dalam metode penelitian ini,instrumen yang digunakan untuk pemerolehan data adalah briket yang telah dibuat dengan campuran sampahorganik yang setelahnya diuji coba dengan kekuatan api yang dihasilkan. Dengan cara memperlakukanpembuatan briket dengan cara yang berbeda secara acak. Dari percobaan tersebut terdapat produk briketyang unggul dengan rasio bahan yang sesuai dengan data yang tercantum di setiap perlakuan. Tahapanpembuatan briket secara berurutan adalaha. KarbonisasiKarbonisasi merupakan metode untuk memperoleh arang sebagai produk utama dengan memasukanbiomassa padat seperti pada sampah organik. Proses karbonisasi adalah suatu proses konversi dari suatu zatorganik ke dalam karbon atau residu yang mengandung karbon dalam proses pembuatan arang berkarbon,karbonisasi dilakukan dengan membakar bahan organik yang diperlukan seperti daun kering, sekam padi,kardus dan sebuk gergaji untuk menghilangkan kandungan air dalam bahan yang tidak dibutuhkan oleharang seperti hidrogen dan oksigen atau material yang menguap. Proses karbonisasi masing-masing bahandilakukan secara PenghalusanPenghalusan merupakan tahapan kedua dalam pembuatan briket. Tahapan ini dilakukan dengan caramenghaluskan bahan-bahan setelah proses karbonisasi untuk diperoleh residu yang lebih halus untuk lebihmemudahkan proses homogenisasi. Proses penghalusan dilakukan dengan mortal dan alu sampai diperolehresidu yang lebih halusc. Pencampuran bahanProses pencampuran bahan merupakan proses ketiga yaitu dengan cara mencampurkan bahan sesuaidengan komposisi yang telah ditentukan. Komposisi tersebut berbeda variansinya untuk mencari komposisibriket yang paling baik. Komposisi tiap variasi dapat dilihat pada gambar Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan JPPL Maret 2023 e-ISSN 2686-6137 ; p-ISSN 2686-6145 d. PencetakanProses pencetakan briket dilakukan secara sederhana yaitu dengan melakukan pengepresandengan tekanan dalam pipa paralon yang ditekan dengan kayu. Proses percetakan selain untukmemperoleh bentuk briket juga dapat mengurangi kadar air PengeringanProses pengeringan dilakukan dengan cara alami yaitu dengan menjemur briket dibawah sinarmatahari selama 3-5 hari untuk memastikan kadar air dalam briket menyusut dan PengujianTahapan pengujian merupakan tahapan terakhir dalam pembuatan briket. Tahapan inidilakukan dengan menguji mutu briket sesuai dengan syarat mutu uji briket yang berlaku. Adabeberapa uji yang dilakukan yaitu penyusutan masa, laju pembakaran, persentase kadar abu danwaktu inisiasi nyala Bagan Alur Penelitian BrionikTeknik Pengambilan, Pengolahan dan Analisis Dataa. PenyusutanMassa penyusutan briket diukur dengan menghitung selisih massa awal briket dengan massa akhirbriket setelah dilakukan pembakaran. Massa penyusutan ini kemudian dibandingkan dengan massa awalbriket untuk menghitung persentase penyusutannya. Pengukuran ini menggunakan timbangan digital sebagaialat = massa awal briket - massa akhir briket gr = massa awal briket gr24 Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan JPPL Maret 2023 e-ISSN 2686-6137 ; p-ISSN 2686-6145 = massa akhir briket grb. Laju PembakaranLaju pembakaran dilakukan dengan mengukur massa penyusutan briket yang menjadi abu dibagidengan lama nyala bahan bakar pada saat pembakaran briket. Dalam pengukuran ini, digunakan stopwatchuntuk menghitung waktu dan timbangan digital untuk mengukur pembakaran=Δmtgramsekon = massa awal briket - massa akhir briket gr = waktu nyala pembakaran briket sekonc. Persentase Kadar AbuDengan abu yang dihasilkan, persentase kadar abu dapat dihitung dengan mengukur massa abu yangdihasilkan dibandingkan dengan massa briket pada awal Abu%=mtm0×100 = massa akhir briket grd. Waktu Inisiasi Nyala ApiDalam percobaan ini, dihitung waktu dimulai sejak awal pembakaran briket sampai briket dapatmenyala menjadi api sendiri. Waktu dihitung dalam satuan sekon dengan menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan beberapa variabel sesuai dengan rasio dari bahan yang digunakan untukmenguji dan menentukan komposisi briket yang unggul. Faktor bahan dan rasio yang digunakan sangatmempengaruhi kualitas dari produk briket yang dihasilkan. Oleh karena itu, dalam pengujiannya digunakanempat variabel dengan rasio sampah organik yang berbeda-beda sehingga didapatkan perbedaan hasilkarakteristik dan kualitas setiap variabelnya. Dengan menguji setiap variabelnya dengan parameter yangsama, akhirnya didapatkan indikator-indikator hasil uji tes yang menentukan penyusutan, kadar abu, lajupembakaran, dan waktu inisiasi nyala briket, sehingga akan didapatkan suatu briket unggul yang siap untukdigunakan. berikut adalah hasil uji briket yang telah diuji coba Tabel-1.Tabel-1. Hasil Uji Kualitas Mutu BriketIndikator FormulaV1V2V3V4Penyusutan 74,22% 92,52% 82,51% 78,24%Kadar Abu 25,78% 7,48% 17,49% 21,76%Laju Pembakaran 0,0029 g/s 0,0049 g/s 0,0036 g/s 0,0044 g/sWaktu Inisiasi Nyala 3m 58s 2m 48s 3m 24s 2m Penyusutana. Penyusutan MassaPenyusutan suatu briket dapat dilihat dari massa yang berkurang dari hasil pembakaran hingga menjadiabu. Massa yang berkurang ini merupakan selisih massa briket sebelum dibakar dengan massa briket setelah25 Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan JPPL Maret 2023 e-ISSN 2686-6137 ; p-ISSN 2686-6145 melalui proses pembakaran atau menjadi abu. Perhitungan selisih tersebutmenghasilkan angka seberapa berat gr massa briket yang berkurang selama proses pembakaran hinggapasca pembakaran. Sehingga didapatkan angka penyusutan massa dari suatu briket. Hasil pengujianpenyusutan masa dapat dilihat pada Hasil Penyusutan MassaFormulaPenyusutan MassaV13,88 gr 1,00 gr 2,88 grV24,01 gr 0,30 gr 3,71 grV34,06 gr 0,71 gr 3,35 grV44,09 gr 0,89 gr 3,20 grYang menjadi catatan pentingnya adalah semakin tingginya penyusutan massa briket maka formula briketyang digunakan semakin baik. Dalam pengukuran ini, digunakan timbangan digital untuk mengukur pengujian menunjukan Formulasi V2 menunjukan penyusutan massa paling tinggi sehingga memilikikualitas yang lebih baik secara Persentase PenyusutanSetelah perhitungan angka penyusutan massa briket, maka data tersebut dapat digunakan untukmemperoleh persentase penyusutan massa briket. Persentase penyusutan diperoleh dari perbandingan angkapenyusutan massa dengan massa awal. Perbandingan tersebut kemudian dibuat dalam bentuk persen %.Sehingga diketahui berapa persen briket yang menyusut akibat proses pembakaran. Semakin tinggipersentasenya, maka formula briket yang digunakan semakin baik. Hasil pengujian persentase penyusutanmasa dapat dilihat pada Hasil Persentase Penyusutan MassaFormulaPersentase Penyusutan %V13,88 gr 2,88 gr 74,22%V24,01 gr 3,71 gr 92,52%V34,06 gr 3,35 gr 82,51%V44,09 gr 3,20 gr 78,24%Perbandingan tersebut digunakan sebagai pengukur jumlah massa briket yang berkurang atau menyusutsehingga nantinya akan diketahui persentase jumlah penyusutan yang terjadi pasca pembakaran. Semakintinggi persentasenya, maka formula briket yang digunakan semakin baik. Dalam pengukuran ini, digunakantimbangan digital untuk mengukur Persentase Kadar AbuDengan abu yang dihasilkan pasca proses pembakaran briket, persentase kadar abu dapat dihitung dengancara mengukur massa abu yang dihasilkan dan dibandingkan dengan massa briket sebelum prosespembakaran. Perbandingan tersebut kemudian dibuat dalam bentuk persen %. Massa abu yang dihasilkanmerupakan massa akhir briket , yaitu massa briket yang dihitung setelah proses pembakaran. Hasilpengujian kadar abu dapat dilihat pada Hasil Persentase Kadar AbuFormulaKadar AbuV13,88 gr 1,00 gr 25,78%26 Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan JPPL Maret 2023 e-ISSN 2686-6137 ; p-ISSN 2686-6145 V24,01 gr 0,30 gr 7,48%V34,06 gr 0,71 gr 17,49%V44,09 gr 0,89 gr 21,76%Perbandingan massa awal briket dengan massa akhir briket dapat menentukan persentase abu yangdihasilkan oleh suatu briket. Persentase tersebut dapat menentukan suatu briket itu baik atau tidak. Briketyang memiliki kadar abu lebih rendah menunjukkan bahwa briket itu lebih baik karena briket itumenghasilkan abu yang lebih sedikit dibandingkan dengan briket yang memiliki kadar abu tinggi. Artinyaketika briket tersebut menghasilkan abu yang lebih sedikit, maka pada saat proses pembakaran brikettersebut membakar arang lebih maksimal dan menghasilkan abu lebih sedikit. Dalam pengukuran ini,digunakan timbangan digital untuk mengukur massa. Kadar abu yang menjadi persyaratan SNI adalahdibawah 8%. Hasil menunjukan kadar abu V2 memiliki kadar abu yang memenuhi standar yaitu sebesar7,48%. Laju PembakaranLaju pembakaran dapat dilakukan dengan cara mengukur massa penyusutan briket dan dibagi denganlamanya waktu pembakaran briket. Laju pembakaran ini mengukur seberapa cepat massa briket yangmenyusut selama proses pembakaran hingga menjadi abu. Laju pembakaran ini diukur dengan cara membagimassa penyusutan briket dengan waktu yang dibutuhkan briket hingga menjadi abu. Semakin tinggi lajupembakaran dari suatu briket, maka semakin cepat briket tersebut menyusut dan menjadi abu. Dalampengukuran ini, digunakan stopwatch untuk menghitung waktu dan timbangan digital untuk mengukurmassa. Hasil pengujian laju pembakaran dapat dilihat pada Hasil Laju Pembakaran BriketFormulaLaju PembakaranV12,88 gr 982 sekon 0,0029 V23,71 gr 760 sekon 0,0049 V33,35 gr 931 sekon 0,0036 V43,20 gr 720 sekon 0,0044 Hasil menunjukan laju pembakaran briket V2 lebih tinggi dibandingkan dengan formulasi lainnya yaitusebesar 0,0049 g/ Waktu Inisiasi Nyala BriketDalam percobaan ini, dihitung juga waktu dimulai sejak awal pembakaran briket sampai briket dapatmenyala menjadi api sendiri. Pada indikator ini, briket diuji seberapa lama waktu yang dibutuhkan untukbriket tersebut dapat menghasilkan apinya sendiri dimulai dari sebelum di beri api bantuan. Semakin cepatwaktu inisiasi nyala briket, semakin cepat pula briket tersebut menjadi bara layaknya sebuah arang. Dalampengukuran ini, digunakan timer untuk menghitung waktu. Hasil pengujian waktu inisiasi nyala api dapatdilihat pada Tabel-6Tabel-6 Hasil Uji Inisiasi Nyala Api BriketFormula Waktu Inisiasi NyalaV1208 sV2168 sV3204 sV4172 s27 Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan JPPL Maret 2023 e-ISSN 2686-6137 ; p-ISSN 2686-6145 Hasil menunjukan waktu inisiasi nyala api briket formulasi V2 lebih cepat dibandingkan dengan formulasilainnya yaitu sebesar 168 KESIMPULANBerdasarkan analis empat indikator di atas, hasil penelitian kami menunjukkan bahwa briket variasike-2 atau V2 memiliki kualitas yang terbaik dibanding dengan variasi lainnya. V2 memiliki penyusutanmassa yang paling tinggi dengan massa penyusutan 3,71 gr dan persentase penyusutan 92,52% sehinggadapat diketahui bahwa formula V2 memiliki kualitas penyusutan paling baik di antara yang lain. Berdasarkanpersentase kadar abunya, V2 memiliki persentase paling rendah yang artinya briket V2 menghasilkan abulebih sedikit dari briket lainnya sehingga pembakarannya lebih maksimal. Pada laju pembakaran, briket V 2juga memiliki angka laju pembakaran yang paling cepat dengan angka 0,0049 gr/sekon. Hal inimenunjukkan bahwa briket V2 memiliki kecepatan menyusut dan menjadi abu yang paling tinggi di antaraformula yang lain. Selain itu, briket V2 memiliki waktu inisiasi nyala yang paling cepat dengan angka 2menit 48 detik yang menandakan bahwa briket V2 mempunyai efisiensi waktu yang paling baik daripadayang lain. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa dari percobaan dan analisis data yang dilakukan, formulabriket dengan mutu terbaik merupakan V2 yang memiliki komposisi 10 gr sekam padi, 6 gr daun kering, dan4 gr serbuk pengembangan yang lebih bervariasi dengan formulasi yang lebih beragam dan uji yang PUSTAKAAdzikri, F., Notosudjono, D., & Suhendi, D. 2017. Strategi Pengembangan Energi Terbarukan diIndonesia. Jurnal Online Mahasiswa Jom Bidang Teknik Elektro, 11, 1– Y., Sasana, H., Jalunggono, G., Ekonomi, F., & Tidar, U. 2018. ANALYSIS OFINFLUENCING FACTORS Abstrak menerus akan mengakibatkan cadangan integral dan tidak dapatterpisahkan dalam konsumsi energi terbesar di kawasan Asia Korea Selatan dengan konsumsi energiKebijakan Energi Nasional , Perpres RUEN. DINAMIC Directory Journal of Economic Volume 2Nomor 3, 23.Ansar, A., Setiawati, D. A., Murad, M., & Muliani, B. S. 2020. Karakteristik Fisik Briket TempurungKelapa Menggunakan Perekat Tepung Tapioka. Jurnal Agritechno, 131, 1– K. A., & Nunik, E. 2018. Pengomposan sampah organik kubis dan kulit pisang denganmenggunakan em4. Jurnal TEDC, 121, 38– L., Arita, S., Komariah, L. N., Agustina, T. E., & Bahrin, D. 2019. Pelatihan dan pendampinganpengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos di desa burai. Jurnal Teknik Kimia, 251, 5– A., Faisal, M., & Gani, A. 2020. Quality Improvement on Briquettes Made of Oil Palm EmptyFruit Bunches EFB Using of Brown Algae Adhesive. Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan, 151,38–44. S., Rahman, L., & Apriani, E. 2011. Pemanfaatan Sampah Organik Secara Padu Menjadi AlternatifEnergi Biogas dan Precursor Briket. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia’Kejuangan’Pengembangan Teknologi Kimia Untuk Pengelolaan Sumber Alam Manusia, 2006, M. S., & Widayat, W. 2022. Produksi Hidrogen dengan Memanfaatkan Sumber Daya Energi Suryadan Angin di Indonesia. Jurnal Energi Baru Dan Terbarukan, 31, 38– R., Arsenly, A., Wafa, R. A., Ate, H. J., Muhammad, A., Sambaliung, J., Kec, N., Ulu, S.,Samarinda, K., & Timur, K. 2021. Analisis Efisiensi Panel Surya Sebagai Energi Alternatif. 59, 79– I., Ernawati, E., Noviyanti, A. R., Eddy, D. R., & Yuliyati, Y. B. 2018. Pembuatan briket darilimbah bambu dengan memakai. Dharmakarya Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, 73, 154– Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan JPPL Maret 2023 e-ISSN 2686-6137 ; p-ISSN 2686-6145 Hussain, Z., & Ali, S. 2019. Comparative Study on Breaking Strength of Burnt ClayBricks Using Novel Based Completely Randomized Design CRD. Civil Engineering Journal, 55,1162–1174. & Dewata, I. 2020. Pengeloaan Sumber Daya Alam. In 1st ed.. CV BUDI R. M. A., Putri, D., Lestari, E., Sofyan, M., Kustanrika, I. W., Hidayawanti, R., & Sangadji, I. B.2019. Sosialisasi dan Instalasi Panel Surya Sebagai Energi Terbarukan Menuju KesadaranLingkungan Indonesia Bebas Emisi. Terang, 21, 16–24. F. N., A, A., A, A., & Nur, K. R. M. 2018. Pengaruh Sosialisasi Pemilahan Sampah Organik DanNon Organik Serta Manajemen Sampah Terhadap Penurunan Volume Sampah Di Dusun Krajan DesaKemuningsari Lor Kecamatan Panti Kabupaten Jember. The Indonesian Journal of Health Science,September, 84. A. C., Suhasman, Muchtar, A., & Sulfahri. 2017. Kajian Lingkungan Tempat Pemilahan Sampahdi Kota Makassar. Jurnal Inovasi Dan Pelayanan Publik Makassar, 11, 14– I., Treedet, W., Singbua, P., & Suntivarakorn, R. 2019. Produksi Bio-Oil dari Rumput Gajahdengan Fast Pyrolysis menggunakan Circulating Fluidized Bed Reactor CFBr dengan Kapasitas 45Kg/H. CHEMICA Jurnal Teknik Kimia, 52, 37. A., Sindhuwati, C., Wibowo, A. A., Estelita, A. S., & Rohmah, N. L. 2021. Pembuatan BriketCampuran Arang Ampas Tebu dan Tempurung Kelapa sebagai Bahan Bakar Alternatif. Jurnal TeknikKimia Dan Lingkungan, 52, 100. Y. T., Richardo, T., Dony, F., & Irwanto, M. 2022. Analisis Potensi Energi Sampah SebagaiEnergi Alternatif Terbarukan Di Kota Medan. 35– E. R., Lembang, F. K., & Djidin, H. 2016. Rancangan Acak Lengkap Studi Kasus JurusanMatematika Fmipa Unpatti Evaluation of Teaching Method Using Completely Randomized Design Study Case Department of Mathematics Faculty of Mathematics and Nature Science Pattimura. IlmuMatematika Dan Terapan, 101, 9– M, B. K., Edifikar, W., & Abdullah, T. 2020. Pendidikan dan Pelatihan Energi Baru TerbarukanEBT di Tingkat Universitas di Indonesia. JE-Unisla, 52, 353. N., Fatia, I., & Yani, W. P. 2021. Tinjauan Literatur Industri Alkohol menggunakan ImmobilisasiSel Literature Review Alcohol Industry Using Cell Immobilization . 1300– B. M. 2020. Penggunaan arduino uno sebagai alat tracker matahari pada plts 200 wp dengansistem solar charge. J. A., & Brackley, A. M. 2012. The Asian wood pellet markets. USDA Forest Service - GeneralTechnical Report PNW-GTR, 861, 1– M., Prastyaningsih, E., Srirejeki, Y., Ulfah, T. H. N., & Nurmalasari, N. R. 2018. PengolahanSampah Organik Rumah Tangga Dengan Metode Bata Terawang. ETHOS Jurnal Penelitian DanPengabdian, 61, 135–145. B., & Ulfa, R. 2019. Analisis mutu briket arang dari limbah biomassa campuran kulit kopi dantempurung kelapa dengan perekat tepung tapioka. Edubiotik Jurnal Pendidikan, Biologi DanTerapan, 402, 110–120. A. E., & Kiono, B. F. T. 2021. Dari Energi Fosil Menuju Energi Terbarukan Potret KondisiMinyak dan Gas Bumi Indonesia Tahun 2020 – 2050. Jurnal Energi Baru Dan Terbarukan, 23, 154–162. V. T. P. 2018. Kajian Peningkatan Potensi Ekspor Pelet Kayu Indonesia sebagai Sumber EnergiBiomassa yang Terbarukan. Jurnal Ilmu Kehutanan, 121, 99. S. 2022. ANALISIS POTENSI ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI SUMATERA UTARASAMPAI TAHUN 2028 DISIMULASIKAN MENGGUNAKAN LEAP. U., Hasan, H., M, M. H., & Elihami, K. 2020. Pemanfaatan Kotoran Ternak Sebagai BahanPembuatan Biogas. Maspul Journal Of Community Empowerment, 11, 13– S., Subbaiyan, A., Kandasamy, S., Shanmugamoorthi, M., & Thirumoorthy, P. 2022.Combustion characteristics of biomass fuel briquettes from onion peels and tamarind shells. Archivesof Environmental and Occupational Health, 773, 251– I. W., Fadilah, R., & Sahid, P. Dari Kantin Di Lingkungan Undip Bagi Produksi EnergiDengan Menggunakan Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga. 79– S., Wisnugroho, S., & Agus, M. 2018. Pemanfaatan Tenaga Angin Sebagai Pelapis EnergiSurya pada Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid di Pulau Wangi-Wangi. Seminar Nasional Sain Dan29 Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan JPPL Maret 2023 e-ISSN 2686-6137 ; p-ISSN 2686-6145 Teknologi 2018, 1– X., & Liu, J. 2019. Application of Chaos Theory in Incomplete Randomized Financial Analysis. 66,306–310. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
produk olahan sampah organik dari bunga yang dikeringkan